• Musik Limbah, Peleppas Rindu Keindahan Alam



    Barang rosokan, atau barang bekas, yang sudah tidak terpakai, di tangan para seniman Gresik, Jawa Timur, bisa direkayasa menjadi sekumpulan alat musik. Musik dengan suara unik dan khas tersebut, kini banyak disuka kalangan generasi, karena mampu tampil untuk mengobati rasa rindu akan keindahan dan pesonal alam Indonesia.

    Jalil, 34 tahun, adalah salah satu seniman Gresik, Jawa Timur, yang sangat getol melakukan eksplorasi bunyi-bunyi-an, dengan memanfaatkan barang limbah, di lingkungan sekitar rumahnya.

    Bersama enam orang temannya, yang tergabung dalam seniman musik limbah Cager, Gresik, mereka mengabdikan sebagian hidupnya, demi pengembangan musik berbahan baku limbah.

    Sejumlah alat musik limbah yang dia hasilkan, diantaranya berupa tutup panci aluminium bekas, sarung kumal, potongan triplek, kaleng bekas, hingga terumbu karang laut.

    Ekplorasinya, tidak berhenti disini, karena mereka juga memanfaatkan sebagian organ tubuhnya, untuk menghasilkan bunyi-bunyian yang alamiah.

    Bagi Jalil dan teman-temannya, musik limbah terlahir karena rasa gelisah seorang anak manusia, terhadap kondisi alam di sekitarnya.

    Bencana demi bencana datang silih berganti, sehingga menimbulkan dampak luar biasa terhadap alam sekitar. akibatnya, manusia semakin gamang dan suntuk menatap masa depannya.

    Jalil. seniman musik limbah cager, ” musik limbah terlahir karena rasa gelisah terhadap kondisi alam sekitar” katanya
    Perjuangan para seniman musik limbah cager, ternyata tidak sia-sia, karena kalangan generasi mulai menyukai karya-karyanya.

    Bahkan, ratusan pelajar rela berdesak-desakan, untuk menyaksikan konser musik alternatif tersebut.

    Fina, penikmat musik limbah, mengatakan, musik limbah mapu tampil sebagai penyeimbang musik modern. tidak hanya itu, siara yang dihasilkan juga bisa mengobati rasa rindu akan keindahan panorama indonesia.

    Fina, penikmat musik limbah, mengatakan, “musik ini mampu tamnpil sebagai penyeimbang musik modern, yang cenderung mengabaikan aspek alami” ujar siswa kelas 9, usai mngikuti konser (Dunia Desa)

0 komentar:

Leave a Reply